Kamis, 18 Juni 2009

Fitnah

Oleh : AS Ibnu Qoyyim

''Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan satu musibah kepada satu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu.'' (QS Alhujurat [49]: 6).

Dalam ayat lain, Allah berfirman, ''Allah tidak menyukai menyebut keburukan orang (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dizalimi. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.'' (QS Annisaa' [4] : 148).

Allah SWT memerintahkan umat Islam agar memastikan (tabayyun) terlebih dahulu kebenaran suatu berita yang tersebar. Penyebar berita itu hendaknya kita cari tahu, apakah layak dipercaya atau tidak. Namun tetap saja, unsur baik sangka (husnuzhzhon) ada di urutan pertama.

Selain itu, Allah menekankan pada kita agar tidak mudah membuat tuduhan yang tidak berdasar, seperti mencela orang lain, memaki, menerangkan keburukan orang lain, menyebarluaskan aib, atau menyinggung perasaan. Pengecualian itu semua hanya berlaku bagi orang yang dizalimi, yang diberlakukan secara buruk oleh orang yang menganiayanya.

Rasulullah SAW tidak mudah mendengar kata-kata yang dapat mengeruhkan ukhuwah antarsahabat. Rasulullah SAW bersabda, ''Janganlah ada di antara kalian (para sahabat) yang suka menyampaikan perkara-perkara yang memburukkan sahabat-sahabat lain karena sesungguhnya aku lebih suka jika aku menemukan kalian semua dalam keadaan lapang dada, tanpa prasangka buruk.'' (HR Alkhamsah).

Rasulullah SAW juga melarang para sahabatnya untuk tidak menyebarkan aib orang lain sekalipun kepada Beliau. Perbuatan itu dapat mengarah pada tindakan fitnah.

Pada hakikatnya, fitnah atau tuduh-menuduh lahir dari rasa dengki, sombong, angkuh, tidak menerima kebenaran, dan menganggap orang lain berderajat lebih rendah darinya.

Fitnah adalah tindakan paling kejam yang dilakukan seseorang kepada orang lain. Bahkan, pembunuhan yang merupakan tindakan kejam dianggap 'kalah kejam' ketimbang fitnah.

Memiliki tabiat fitnah atau tuduh-menuduh akan membawa kita pada kehancuran dan kemusnahan. Tidak ada sedikit pun keuntungan yang diperoleh dari sifat buruk itu.

Karena itu, Alquran menganjurkan kepada kita untuk berhati-hati dalam menerima berita yang belum dapat dipastikan kebenaran dan asal-usulnya. Ingat selalu firman-Nya, ''.... Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya.'' (QS Al-Isra' [17]: 36).

Wallahu a'lam bish-shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar